Shalat Idul Fitri 1442 H, Khatib Mengajak Jama’ah untuk Senantiasa Terus Bertaqwa

Garut- Pendiri dan Pimpinan Pondok Darussalam Garut, KH. Asep Sholahuddin Mu’thie, B.A bersama para Wakil Pimpinan, yaitu Ust. H. Asep Deni Fitriansyah, M.Phil, Dr. H. Devi Muharrom Sholahuddin, Lc., M.Ud., dan Ust. H. Muhammad Yasyfi Affazani, M.Pd. menggelar shalat Idul Fitri 1442 H bersama Santri, Guru, dan Warga sekitar dengan tetap menjalankan protokol kesehatan; memakai masker, cek suhu tubuh, mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer, serta menjaga jarak.

KH. Asep Sholahuddien Mu’thy bertindak sebagai Khatib Idul Fitri 1442 H.
Foto oleh Rivan

Shalat Idul Fitri tahun ini dilaksanakan bertepatan dengan 13 Mei 2021. Shalat Idul Fitri secara berjama’ah bagi Pondok Pesantren Darussalam Garut merupakan agenda tahunan setiap lebaran tiba dan ini merupakan Idul Fitri kedua di tengah pandemi COVID-19.

Pada Kamis pagi, waktu syuruq atau terbitnya matahari untuk daerah Garut dan sekitarnya adalah pukul 05.49 WIB, namun jama’ah mulai berdatangan sejak shalat subuh berakhir, Ust. H. Ajang Sulaeman bertugas untuk merapihkan barisan memastikan jama’ah menjaga jarak antara satu dengan yang lain. Setelah barisan rapih, ia melaporkan keuangan zakat fitrah sebagai transparansi administrasi.

Sebelum Kiai menyampaikan khutbah Idul Fitri, syaikh Abdurrahman bertindak sebagai imam memimpin jama’ah, membaca surah An-Naba’ dan Al-A’la dengan suara merdu dan fasih.   

Syaikh Abdurrahman bertindak sebagai Imam shalat Idul Fitri 1442 H. Foto oleh Rivan

Dalam khutbahnya, Kiai menegaskan tentang fungsi dan manfaat puasa sebagai sarana mendekatkan diri kita kepada Allah. Selain itu, wajibnya puasa bisa dilihat dari 4 aspek; Aqidah, Fiqih, Etika, dan Filsafat.

Pertama, kita harus percaya bahwa puasa merupakan salah satu rukun dari rukun Islam yang ada, artinya barang siapa yang tidak percaya serta tidak melaksankan salah satu rukun Islam ini, maka dia telah masuk ke dalam golongan yang murtad.

Kedua, dari aspek Fiqih puasa sudah jelas hukumnya wajib berikut tata cara, serta hal-hal yang membatalkan puasa, seperti haid dan nifas. Puasa juga menjadi pembeda antara orang yang beriman dan tidak.   

Ketiga, masalah etika dalam puasa merupakan pokok pergaulan sehari-hari, barangsiapa yang tidak bisa puasa dikarenakan sakit atau dalam perjalanan (musafir) maka ia harus mengganti puasanya di lain hari (qodo). Walaupun ibadah puasa merupakan urusan pribadi masing-masing, tapi ia juga mengharuskan kita untuk toleransi kepada sesama, orang yang tidak berpuasa dikarenakan sakit atau musafir tidak dibenarkan untuk makan atau minum sembarangan di depan orang-orang yang sedang menjalankan ibadah puasa, apalagi ia sengaja tidak berpuasa tanpa alasan apapun, maka sangatlah tidak beretika terhadap Allah dan manusia.  

Keempat,  filsafat dalam berpuasa mengharuskan kita memperbaiki kualitas diri baik dari segi mental, moral, emosional maupun spiritual. 

Usai khutbah, Kiai menghimbau kepada seluruh jama’ah untuk menetap sejenak guna menerima sedekah.        

Jama’ah khusyuk menyimak khutbah Idul Fitri. Foto oleh Rivan

Dengan datangnya Hari Raya Idul Fitri 1442 H, segenap keluarga besar Pondok Pesantren Darussalam mengucapkan mohon maaf lahir & batin, semoga silaturrahim tetap terjalin. 

(Reporter: Indra Ari Fajari)

You May Also Like